Senyum, satu aktifitas yang sangat mudah dilakukan. Bagi seorang guru, aktifitas yang satu ini sangat penting untuk menghadapi murid muridnya. Namun bukan sekedar senyum, 5 cm ke kanan dan 5 cm ke kiri, bukan itu…!
Duhai guru, hadirkan senyum yang ikhlas, bukan senyum tanpa makna, bukan senyum tanpa arti, dan juga (maaf) senyum tanpa sebab. Berbahagialah orang yang diberi karunia oleh Allah azza Wa Jalla dalam murah senyum.
Karena Rasulullah bersabda, Dari Abu Dzar radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah Sallahu’alaihi wassalam berkata:
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Ketika Anda membuka lembaran sirah kehidupan Rasulullah Sallahu’alaihi wassalam, Anda tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi Rasulullah Sallahu’alaihi wassalam .
Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya, sikap beliau dalam menggunakan segala sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.
Sarana paling besar yang dilakukan Rasulullah Sallahu’alaihi wassalam dalam dakwah dan perilaku beliau adalah gerakan yang tidak membutuhkan biaya, tidak membutuhkan energi berlimpah, meluncur dari bibir untuk selanjutnya masuk ke relung kalbu yang sangat dalam.
Jangan Anda tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok penghalang diantara anak manusia. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman……!
Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata;
“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Sallahu’alaihi wassalam tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
Senyum…..adalah pancaran sebuah keimanan yang kokoh , hati yang bersih tanpa tendensi dan prasangka negatif. Itulah senyuman yang teduh. Sebaliknya disaat hati penuh ambisi dan amarah negatif maka senyumnya tidak menjadi terkesan baik dan bahkan hanya sekedar basa – basi dan sama sekali tak menyejukkan.
Maka, wahai guru atau siapapun kita, mari kita belajar senyum dari Nabi Muhammad shollalahu alaihi wa sallam
Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala- lewat senyuman, dimulai dari diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita dan kita tidak pernah merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.
[sumber: http://kuttabalfatih.com/, muslimah.or.id]
Oleh: Ahmad Taupik