Diriwayatkan dari Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa dia berkata, Adalah Ibnu Mas’ud memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis. Lalu ada seseorang yang mengusulkan, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (kunyah Ibnu Mas’ud)! Kami sebenarnya ingin jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.” Dia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah karena aku tidak suka bila melihat kalian BOSAN. Aku membatasi diri dalam memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan batasan dalam memberikan nasehat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat kami bosan.” (Muttafaqun’alaih).
Memberikan taushiyah kepada orang adalah hal yang baik, akan tetapi jika aktifitas bertaushiyah itu terlalu sering, maka ternyata justru kurang baik. Ini barangkali salah satu kunci yang harus difahami oleh kita semua. Taushiyah itu ibarat obat, dan penyakitnya adalah penyakit hati, karenanya sebagaimana seorang dokter memberikan obat, maka dosis dan kapasitas obat harus sesuai dengan takaran-takarannya. Tidaklah baik, jika obat itu diberikan terus menerus, bahkan akan bisa menimbulkan efek samping dan over dosis.
Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sementara itu, membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik acapkali justru memberikan hasil yang diinginkan dengan ijin Allah.
Kenapa alasannya?
Karena tidak setiap saat, orang yang hendak dinasehati itu siap untuk menerima nasehat. Adakalanya jiwanya sedang gundah, kesal, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasehat tersebut.
Dikesempatan lain Ibnu Mas’ud pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
🔸Islam mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam segala hal, bukan hanya dalam pelaksanaan beramal saja, akan tetapi juga dalam bertaushiyah, oleh karena itu lihatlah situasi dan kondisi orang yang mau dinaehati, ketika mau memberikan nasehat.
sebagaimana Nabipun mengatakan bahwa amal yang disukai Allah itu yang istiqamah meskipun sedikit. (disarikan dari beberapa artikel)
wallahu ‘alam.
Pendidikan islam
Oleh : Ahmad Taupik